Kamis, 01 Mei 2014

Surat Sasan Al Bashri kepada Umar bin Abdul Aziz

Al-Basri berkata, “Ketahuilah,
sesungguhnya tafakkur Itu mengajak
pelakunya kepada kebaikan dan
mengamalkannya. Menyesali kejahatan Itu
membuat pelakunya meninggalkannya.
Apa yang telah hilang – kendati sangat
banyak-tidak bisa dibandingkan dengan
apa
yang masih ada, kendati mencarinya
adalah sesuatu yang mulia. Bersabar
terhadap kelelahan sebentar yang
menghasilkan istirahat lama itu lebih baik ,
daripada penyegeraann istirahat sebentar
yang menghasilkan kelelahan abadi.
Waspadalah terhadap dunia yang menipu,
berikhianat, dan memperdaya. ia berhias
dengan tipuannya, berdandan dengan
muslihatnya, membunuh manusia dengan
mimpi-mimpinya, dan membuat ridu para
pelamarnya, hingga Ia menjadi seperti
pengantin yang menjadi pusat perhatian.
Semua mata melihat kepadanva.
Semua hati rindu kepadanva. dan semua
jiwanva tertarik kepadanya. Ia menjadi
pembunuh bagi semua suami- suaminya.
Tragisnya orang yang masih hidup tidak
mau belajar dari orang yang telah
meninggal dunia, generasi terakhir tidak
mengambil pelajaran dari generasi pertama,
orang bijak tidak mendapatkan manfaat
dari banyaknya
pengalaman, dan orang yang kenal Allah
dan beriman kepada-Nya tidak ingat
ketika la diberi penjelasan tentang dunia.
Akibatnya, hati manusia mencintai dunia
dan jiwa mereka kikir dengannya. Ini
semua tidak lain bentuk kerinduan kita
kepada dunia, karena barangsiapa
merindukan sesuatu, Ia tidak memikirkan
yang lain. Ia mati ketika memburunya
atau berhasil mendapatkannya. Kedua
orang tersebut adalah perindu dan pemburu
dunia.
Perindu dunia telah sukses mendapatkan
dunia dan tertipu dengannya. Dengan
dunia, Ia lupa akan prinsip dan hari
akhirat. Hatinya disibukkan oleh dunia.
Hatinya dibuat larut oleh dunia, hingga
kakinya tergelincir di dalamnya, dan
kematian datang kepadanya dengan sangat
cepat daripada sebelumnya. Ketika itu,
penyesalanya pun menggelembung,
kesedihannya membesar, terkumpul padanya
sakaratul maut dan rasa sakitnya dengan
sedih kehilangan dunia.
Sedang orang kedua meninggal sebelum
berhasil memenuhi kebutuhannya. Ia pergi
dari dunia dalam keadaan terpukul
hatinya, tidak mendapatkan apa yang
dicarinya
dan jiwanya tidak bisa istirahat, dari
kelelahan. Ia keluar dari dunia tanpa bekal
dan tiba tanpa membawa oleh-oleh. Oleh
karena itu, waspadalah secara penuh
terhadap dunia, karena dunia itu tak
ubahnya seperti ular; kulitnya halus, namun
racunnya mematikan.
Berpalinglah dari apa saja di dunia ini
yang menarik hatimu, kanena jarang sekali
sesuatu yang ada di dunia ini yang
menemanimu. Buanglah seluruh ambisi
kepada dunia dari dalam hatimu, karena
engkau mengetahui dunia itu menyakitkan
dan engkau yakin akan berpisah dengannya.
Oleh karena itu, waspadalah wahai
Amirul Mukminin. Karena sesungguhnya
pemilik dunia, setiap kali ia senang
kepadanya maka itu berubah menjadi
kebencian.
Orang yang gembira di dunia ialah orang
yang tertipu, orang yang bermanfaat di
dalamnya kelak menjadi orang yang
merugi, kemakmuran di dalamnya diberikan
bercampur dengan cobaan, dan keabadian
di dalamnya berubah menjadi fana.
Kebahagiaan di dalamnya bercampur
dengan kesedihan, dan akhir kehidupan di
dalamnya adalah lemah dan tidak berdaya.
Oleh karena itu, lihatlah dunia seperti
penglihatan orang zuhud yang hendak
meninggalkannya, dan jangan melihat
dunia seperti penglihatan perindu yang
jatuh cinta.
Ketahuilah, bahwa dunia itu
menghilangkan tamu yang telah menetap,
dan menyakitkan orang tertipu yang
merasa aman. Apa yang telah berlalu dari
dunia tidak akan kembali lagi, dan apa
yang akan datang tidak bisa diketahui, apa
lagi ditunggu.!
Waspadalah terhadap dunia, karena
mimpi-mimpinya dusta belaka, khayalan-
khaya
lannya batil kehidupannya melelahkan, dan
kejernihannya adalah keruh. Engkau
terancam mendapatkan dua hal di dunia
ini; nikmat yang akansirna, dan cobaan
yang akan datang, atau musibah yang
menyakitkan, dan kematian yang memutus
segala-galanya.
Sungguh, dunia itu melelahkan seseorang,
jika ia mau berpikir. Ia berada dalam
nikmat yang membahayakan, takut terhadap
musibah-musibah yang ada di dalamnya,
dan meyakini kematian. Seandainya Allah
Yang Maha pencipta tidak menyampaikan
berita tentang dunia, dan tidak memberi
perumpamaan tentang dunia, dan tidak
memerintahkan manusia bersikap zuhud di
dalamnya, pasti dunia membangunkan
orang yang tidur, dan mengingatkan orang
yang lupa diri!
Bagaimana tidak, padahal telah datang
pelarang dari Allah Azza wa Jalla dan
banyak sekali penasihat di dalamnya?
Dunia di sisi Allah Azza wa Jalla tidak
ada bobot dan nilainya. Berat dunia di
sisi Allah Ta’ ala tidak seberat satu
kerikil, dan tidak sebesar satu bintang di
antara gugusan bintang yang ada. Allah
tidak menciptakan makhluk yang Lebih Dia
benci dari pada dunia –seperti di
sampaikan kepadaku- dan Dia tidak
melihat
kepada-nya sejak Dia menciptaknnya
karena benci kepadanya.
Sungguh dunia dengan kunci-kuncinya
dan semua simpanannya yang nilainya di
sisi
Allah Lebih ringan dari sayap lalat ,
pernah diperlihatkan kepada Nabi kita,
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, namun beliau menolak
menerimanya, karena
beliau telah mengetahui bahwa jlka Allah
membenci sesuatu, beliau harus
membencinya. Jika Allah mengkerdilkan
sesuatu, beliau harus mengkerdilkannya.
Dan jika Allah
merendahkan sesuatu, beliau harus
merendahkannya.
Jika beliau menerima dunia tersebut, maka
bukti kecintaan beliau kepada dunia
tersebut ialah penerimaan beliau terhadap
tawaran dalam bentuk dunia tersebut.
Namun beliau menolak mencintai sesuatu
yang dibenci Allah, dan mengangkat apa
yang direndahkan Pemiliknya.
Jika Allah Ta’ala tidak menunjukkan
tentang rendahnya nilai dunia kepada
beliau,
namun Dia memandang rendah dunia
tersebut dengan menjadikan kebaikannya
sebagai
pahala bagi orang-orang yang taat, dan
menjadikan hukuman dunia sebagai siksa
bagi orang-orang yang bermaksiat.
Kemudian Allah mengeluarkan pahala taat
dari
dunia tersebut, dan mengeluarkan hukuman
maksiat daripadanya.
Di antara hal menunjukkan kepada dunia
tentang keburukan dunia ini, bahwa Allah
Ta’ala menjauhkan dunia dari orang-
orang yang shalih dengan suka rela dan
membentangkannya kepada musuh-musuh-
Nya dengan tujuan menipunya.
Orang yang tertipu dengan dunia dan
tergoda dengannya menyangka bahwa ia
dimuliakan Allah Ta’ala dengan dunia
tersebut. Ia lupa terhadap apa yang
diperbuat
Allah terhadap Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dan Nabi Musa
‘Alaihis Salam.
Adapun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, beliau mengikatkan batu
diperutnya karena sakinglaparnya.
Adapun Nabi Musa ‘Alaihis Salam, beliau
tidak meminta sesuatu kepada Allah Ta‘ala
pada saat ia berteduh di bawah pohon,
selain makanan yang bisa beliau makan
untuk menghilangkan kelaparannya.
Sungguh banyak sekali riwayat-riwayat
dan Nabi Musa ‘Alaihis Salam, bahwa
Allah Ta’ala mewahyukan kepada beliau ,
Hai Musa, jika engkau melihat kemiskinan
datang kepadamu, katakan, ‘Selamat
datang simbol orang-orang shalih.’ Jika
engkau melihat
kekayaan datang kepadamu, katakan, ‘ini
adalah dosa yang hukumannya dipercepat.’
Jika engkau mau, aku ketengahkan Nabi
Isa ‘alaihis salam kepada baginda, karena
ia amat menakjubkan. Ia berkata, “Lauk-
ku adalah lapar, Syi’arku ialah takut,
Pakaianku ialah wol., Hewan
kendaraanku ialah kedua kakiku. Lampuku
di malam hari ialah bulan. Bahan bakarku
di musim dingin ialah matahari. Buah -
buahanku dan penghidupanku ialah apa
yang ditumbuhkan bumi untuk binatang buas
dan hewan ternak. Aku tidur dalam
keadaan tidak memiliki apa-apa dan tidak
ada seorang pun yang lebih kaya dariku”.
Jika engkau mau, aku ketengahkan contoh
keempat, yaitu Nabi Sulaiman bin Daud
Alaihimas Salam, karena ia tidak kalah
menakjubkan. Ia makan roti dan gandum,
memberi roti coklat kepada keluarganya,
dan tepung putih kepada rakyatnya.
Jika malam telah tiba, ia memakai baju
dari tenunan kasar, dari tangannya ke
lehernya Ia semalaman menangis hingga
pagi hari. Ia makan makanan yang kasar,
dan mengenakan pakaian kasar. Kendati
Itu semua, mereka membenci apa saja yang
dibenci Allah Ta’ala, memandang kecil apa
yang dipandang kecil oleh Allah Ta’ala,
dan bersikap zuhud di dalam hal-hal yang
Allah bersikap zuhud di dalamnya.
Kemudian orang-orang shalih meniti jalan
mereka, menapaktilasi jalan mereka,
mengharuskan dirinya berlelah- lelah, dan
memahami lbrah, serta merenung diri.
Mereka bersabar di dunia yang singkat ini
dari kenikmatan yang menipu yang berakhir
kepada kemusnahan. Mereka melihat
kepada akhir dunia, dan tidak melihat
kepada permulaannya. Mereka melihat
kepada hasil akhir dunia yang pahit, dan
tdak melihat rasa manis yang hanya terasa
pada awal-awalnya saja.
Mereka mengharuskan dirinya bersabar
dan menempatkan diri mereka seperti
mayit-mayit yang tidak boleh kenyang di
dunia, kecuali pada saat yang dibutuhkan.
Mereka makan sebatas untuk menguatkan
jiwa, dan ruh. Mereka menempatkan diri
mereka seperti bangkai yang telah
membusuk, hingga membuat siapa saja yang
melewatinya, pasti Ia menutup hidungnya.
Mereka tidak meraih dunia hingga sampai
tahap merugikannya, dan tidak sampai
kenyang yang berbau busuk.
Dunia dijauhkan dari mereka. Itulah
kedudukan dunia dalam jiwa mereka.
Mereka
merasa heran terhadap orang yang
memakan dunia hingga kekenyangan, dan
bersenang-senang dengannya hingga rakus.
Mereka berkata, Tidakkah kalian lihat
bahwa mereka tidak takut makan?
Tidakkah mereka mendapatkan bau
busuknya?
Saudaraku, demi Allah sesungguhnya bau
dunia sekarang atau esok itu lebih busuk
daripada bangkai. Hanya saja manusia
meminta sabar dengan segera. Akibatnya,
mereka tidak bisa mencium bau busuk.
Mereka tidak bisa mencium bau bau yang
ada
di kulit yang membusuk yang mengganggu
para pejalan kaki, dan orang-orang yang
duduk di dekatnya.
Cukuplah dunia bagi orang yang berakal,
bahwa barangsiapa meninggal dunia
dengan meninggalkan harta yang banyak,
Ia sangat berkeinginan seandainya dulu
ia menjadi orang miskin di dunia, atau
orang mulia, atau orang buangan, atau
orang selamat. Ia lebih senang seandainya
di dunia dulu ia menjadi orang yang
menderita, atau rakyat biasa.
Jika engkau meninggalkan dunia ini, pasti
engkau lebih senang seandainya engkau
di dunia ini menjadi orang yang paling
rendah kedudukannya, dan orang yang
paling miskin. Bukankah ini cukup
dijadikan bukti bahwa dunia itu sangat
hina
bagi orang yang memikirkannya?
Demi Allah, jika seseorang mengharapkan
sesuatu dari dunia ini melainkan ia
mendapati dunia tersebut berada di
sampingnya tanpa ia kejar dan merasakan
kelelahan. Namun jika Ia telah
mendapatkan sesuatu dari dunia tensebut,
ia mempunyai hak-hak Allah di dalamnya,
dan ia akan ditanya tentang dunia
tersebut, serta ia akan dihisab karenanya
Jika demikian permasalahannya, maka
seyogyanya orang berakal itu tidak
mengambil sesuatu dari dunia, kecuali
sebesar porsi makanannya dan
kebutuhannya, karena khawatir akan
ditanya tentang dunia tersebut, dan takut
akan dahsyatnya hisab terhadap dirinya.
Sesungguhnya dunia itu jika engkau
memikirkannya, tidak lebih dari tiga hari:
hari kemarin yang tidak bisa engkau
harapkan lagi, hari yang engkau berada
didalamnya yang harus engkau manfaatkan
sebaik mungkin, dan hari esok yang engkau
tidak tahu apakah engkau berada di hari
tersebut atau tidak? Engkau tidak tahu
siapa tahu engkau meninggal dunia esok
pagi.
Adapun kemarin, ia ibarat orang bijak
yang pandai mendidik. Adapun hari ini, ia
ibarat teman yang akan mengucapkan
selamat berpisah. Namun, kendati kemarin
telah membuatmu sakit, engkau telah
menggenggam hikmah. Jika engkau telah
menyia-nyiakannya, engkau mendapatkan
ganti. Tadinya kemarin tersebut tidak ada
pada dirimu, namun sekarang ia cepat
pergi darimu.
Adapun esok hari, engkau masih
mempunyai secercah harapan. Oleh karena
itu,
berbuatlah, dan jangan tertipu oleh mimpi-
mimpi sebelum ajal tiba. Engkau jangan
memasukkan kesedihan esok dan esok lusa
ke dalam hari ini, karena hal tersebut
hanya akan menambah kesedihanmu dan
kelelahanmu, serta engkau kumpulkan pada
hari ini sesuatu yang menyempurnakan
hari-harimu. Itu hal yang mustahil,
karena kesibukan Itu sangat padat,
kesedihan Itu semakin bertambah, kelelahan
itu semakin besar, dan seseorang membuang
amal dengan impian kosong.
Seandainya harapan esok pagi keluar dari
hatimu, engkau telah berbuat dengan
baik pada hari ini, dan telah mengurangi
kesedihanmu pada hari ini. Namun
harapanmu terhadap esok pagi itu
membuatmu bersikap tidak serius,dan
membuatmu menjadi orang yang banyak
menuntut.
Jika engkau ingin kata-kata singkat, aku
pasti mendiskripsikan untukmu tentang
dunia di antara dua jam; satu jam yang
telah berlalu, satu jam yang akan datang,
dan satu jam yang engkau sedang berada dl
dalamnya.
Adapun satu jam yang telah berlalu dan
telah lewat. maka engkau tidak
mendapatkan kelezatan di istirahat
keduanya dan merasakan sakit terhadap
musibah keduanya. Sesungguhnya dunia
ialah saat yang engkau sedang berada di
dalamnya. Satu jam tersebut menipumu
dari surga dan menggiringmu ke neraka.
Adapun hari ini -jika engkau
memikirkannya- adalah ibarat tamu yang
singgah kepadamu dan akan pergi darimu.
Jika engkau menjamu dan melayaninya
dengan baik, Ia menjadi saksi bagimu,
memujimu, dan membenarkanmu di
dalamnya. Jika engkau menjamunya
dengan buruk, Ia berputar di kedua
matamu.
Kedua hari tersebut adalah ibarat dua
saudara. Salah seorang daripadanya
bertamu kepadamu, kemudian engkau
bersikap buruk terhadapnya, dan tidak
menjamunya dengan baik. Sesudah orang
tersebut pergi darimu, datanglah orang
satunya, kemudian berkata kepadamu, Aku
datang kepadamu setelah kepergian
saudaraku.
Jika engkau berbuat baik kepadaku,
perbuatan baikmu ini akan menghapus
perbuatan burukmu kepada suadaraku
sebelum ini dan memaafkan apa yang telah
engkau perbuat terhadapnya. Hati-hatilah
engkau, jika aku berkunjung kepadamu dan
aku datang kepadamu setelah kepergian
saudaraku darimu. Sungguh, engkau telah
beruntung mendapatkan pengganti jika
engkau mau berfikir.Periksalah apa yang
telah engkau sia-siakan!.
Jika engkau menyamakan orang kedua
seperti orang pertama, maka alangkah
pantasnya engkau binasa karena kesaksian
dua orang tersebut terhadap dirimu!.
Sesungguhnya sisa umur itu tidak ada
nilainya. Seandainya semua dunia
dikumpulkan, maka dunia tidak lebih dari
satu hari dalam umur seseorang.
Jangan sekali-kali mayat di kuburan itu
lebih bisa menghargai sesuatu yang ada
di tanganmu daripada engkau sendiri.
padahal sesuatu tersebut milikmu. Demi
Allah. jika dikatakan kepada mayat di
kuburan. ‘Inilah dunia itu dan awal hingga
akhir. Engkau memberikannya kepada
anak-anakmu kemudian mereka
bersenang-senang dengannya
sepeninggalmu. Engkau lebih mencintai
mereka ataukah lebih mencintai hari di
mana engkau dibiarkan beramal untuk
dirimu? Pasti ia memilih pilihan kedua..
Bahkan, seandainya ia disuruh memilih
satu jam dengan waktu berjam-jam milik
orang lain seperti telah aku jelaskan
kepadamu, pasti ia lebih memilih waktu
satu jam tersebut untuk dirinya.
Bahkan lagi, jika ia disuruh memilih
antara satu kata yang mendapatkan pahala
dengan hal-hal lain seperti telah aku
jelaskan kepadamu, pasti ia lebih menyukai
satu kata tersebut.
Periksalah dirimu hari ini! Lihatlah
waktu! Agungkanlah kata! Hati-hatilah
terhadap kerugian ketika Hari Kiamat
telah tiba! Semoga Allah menjadikan
nasihat ini bermanfaat bagiku dan bagimu.
Semoga Allah memberi kita hasil yang
baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar