1. Maulana Syamim
Amalan haji adalah ijtima umat islam terbesar dan kewajiban hanya
sekali saja. Jika berhaji dengan betul, akan jadi wali Allah. Jika niat
berhaji tak betul, haji tanpa kesan, akan dilempar balik seperti kain
kotor yang dilemparkan. Begitupun ijtima, jika datang dengan niat baik,
maka satu ijtima cukup membuat cinta kepada Allah SWT. Satu ijtima
yang betul cukup bagi Allah SWT untuk membuat keputusan memberi hidayah
untuk seluruh alam. Ijitima bukan untuk menghimpun manusia
sebanyak-banyaknya, tapi untuk mengumpulkan dua usaha, sebelum ijtima
(ruh ijtima), setelah ijtima (perhiasan ijtima).
Usaha sebelum ijtima adalah menjumpai setiap orang islam agar hatinya
berpaling dari selain Allah kepada Allah SWT sehingga ada kemanisan
untuk ta’at. Dikarenakan adanya pengorbanan orang-orang sebelum ijtima,
maka yang hadir di ijtima mendapat hidayah, dan hidayah juga akan
tersebar ke seluruh alam. Usaha dalam ijtima adalah agar setiap orang
terlibat dalam amal ijtimai dan infirodi. Semakin terjaga amalan, maka
semakin cepat turunnya hidayah. Hidayah ada 2 tahap : untuk diri
sendiri dan asbab hidayah untuk orang lain. Untuk menjadi asbab hidayah
maka niatkan untuk bergaul dengan semua orang dari semua negara, kita
merasa sebagai satu umat, hilangkan ashabiyah. Ashabiyah ini sangat
dibenci Allah dan menyebabkan tertolaknya amal seseorang.
Untuk menghilangkan ashobiyah : Allah SWT perintahkan ibadah haji,
shalat dan shaum. Dalam haji diperintahkan untuk menyebarkan salam
(untuk menghilangkan sifat sombong, merasa sebagai penanggung jawab.
Sehingga Nabi SAW selalu mendahului dalam memberi salam, tidak pernah
didahului oleh sahabat), bersikap lemah lembut, dan suka memberi
makanan (jangan menunggu untuk diikrom, tapi beri ikrom untuk satukan
hati).
Di negara-negara anda akan diadakan ijtima dan jika anda
bersungguh-sungguh usaha atas ijtima ini, maka ijtima anda akan menjadi
asbab hidayah ke seluruh alam. Tanggal ijtima bukan awal ijtima, tapi
itu tanggal berakhirnya ijtima. Ijtima bermula sejak tanggal ijtima
ditetapkan.
2. Maulana Ihsan
Allah SWT beri agama dan usaha atas agama, untuk menghindarkan manusia
dari tersiksa selama-lamanya di dalam neraka. Nabi Muhammad SAW
dilebihkan dari nabi-nabi terdahulu, hal ini telah tercantum dalam
kitab-kitab terdahulu. Wajah Nabi SAW itu lebih terang daripada bulan
purnama. Umat Muhammad SAW juga dilebihkan dari umat-umat terdahulu,
karena umat ini diberi 2 keistimewaan, yaitu untuk ibadah dan untuk
mengambil kerja Nabi. Umur nabi-nabi terdahulu panjang akan tetapi
usahanya lokal dan berjangka. Umur Nabi Muhammad SAW pendek, tapi
usahanya kekal sampai kiamat, dikarenakan umatnya dilibatkan. Hari
pertama kenabian, Muhammad SAW langsung melibatkan orang tua, wanita
dan anak-anak/pemuda.
Para sahabat telah memahami akan tanggung jawab ini, dan mereka
menggunakan 100% hidup mereka untuk agama. Tapi hari ini kita
habis-habisan untuk perkara dunia, sehingga kita menjadi budak orang
kafir. Maka kita perlu istighfar dan taubat sebanyak-banyaknya, karena
seseorang yang beristighfar dan bertaubat dengan ikhlas, seolah-olah
tak berbuat dosa dan kita juga mengajak orang lain juga untuk taubat.
Saat kita ajak orang lain, kita perlu bersabar, seperti lautan yang
selalu menerima segala sesuatu dan mencucinya menjadi bersih.
3. Maulana Ahmad Lat
Hamba yang paling dicintai Allah SWT adalah hamba yang paling cinta
kepada keluarga-Nya, yaitu seluruh makhluk-Nya. Manusia akan merasakan
rugi jika tidak ada iman. Harta dan diri hendaknya senantiasa dipakai
untuk usaha iman. Ashabul kahfi pergi keluar rumah untuk selamatkan
iman, maka Allah telah bantu, bentangkan rahmat walau di tempat sempit
(gua) tidak diberi makan, tapi dibebaskan dari sifat lapar. Bahkan
anjing mereka (yang hanya nusroh mereka) pun dimuliakan. Seharusnya
hewan tidak masuk surga, tapi nanti anjing ini akan dimasukkan surga,
dan dirubah menjadi manusia.
Apalagi jika kepergian seseorang keluar rumah untuk fisabilillah, tidak
hanya untuk selamatkan iman dirinya sendiri, tapi untuk memperjuangkan
dan menyebarkan iman kepada seluruh manusia, maka anjing yang hanya
nusroh saja kepada jamaah akan diberi rahmat, dihilangkan sifat hewani
dari dirinya. Bayangkan apa yang diberikan kepada orang yang khuruj itu
sendiri.
4. Maulana Ismail
Dalam keletihan dan pengorbanan amal, ada pahala dan ketenangan dari
Allah SWT. Puasa menyebabkan lapar, berhaji menyebabkan letih, tapi
mereka diberi ketenangan oleh Allah SWT. Nampak zahir mereka sengsara,
tapi hakekatnya mereka kuat dan sehat di mata Allah SWT. Akan tetapi,
tanpa da’wah, pertolongan Allah tidak datang. Semua kesusahan dalam
ibadah tidak mendatangkan pertolongan Allah SWT, walaupun dengan
berdo’a dan istighotsah, jika tidak ada da’wah maka pertolongan Alloh
SWT tidak akan datang.
Untuk taat kepada Allah SWT, zahirnya ada kesusahan dan keletihan, tapi
hakekatnya Allah SWT memberi ketenangan. Seperti orang makan sambal,
zahirnya kepedasan, keringatan, kepanasan, tapi yang makan mau nambah
lagi. Begitu juga ahli dunia melihat ahli da’wah sengsara dalam usaha
agama, tapi mereka sendiri senantiasa bersyukur, Allah SWT beri
ketenangan dalam kehidupannya.
5. Maulana Saad
Jika umat jalankan da’wah secara ijtimai, maka agama akan wujud dalam
kehidupan umat ini. Jika tidak, umat Islam akan jadi mad’u, objek
da’wah, ikut kesana kemari, waktu dan harta akan dipergunakan untuk yang
sia-sia. Jika umat terlibat dalam usaha da’wah, maka harta dan waktu
akan terpelihara dan akan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
Da’i tidak akan terkesan dengan keadaan. Abdullah bin Quhafah dida’wahi
untuk meninggalkan Islam, dirayu dengan kerajaan, ditakuti dengan
kematian, tidak terkesan. Sehingga fardlu a’in bagi setiap umat untuk
berda’wah. Jika dipikirkan kalau da’wah itu hukumnya hanya fardu
kifayah, maka orang yang tidak berda’wah akan dida’wahi oleh orang lain/
hal-hal lain. Pindahnya agama seseorang itu dimulai jika da’wah
ditinggalkan.
Da’wah adalah penyelesain masalah infirodi dan ijtimai. Allah SWT telah
berfirman, “Siapa yang lebih baik perkataanya (yang lebih baik
agamanya) dari orang yang menyeru kepada Allah SWT dan beramal soleh”.
Disini diterangkan bahwa agama terbaik hanya terwujud dengan menyatukan
da’wah dan ibadah. Ini tidak hanya merupakan pertanyaan, tapi
penjelasan dan penegasan bahwa da’wah itulah satu-satunya jalan untuk
mendapatkan agama yang baik.
Da’wah menimbulkan isti’dat/kesiapan untuk berbuat baik, seperti
membajak sawah agar siap untuk ditanami. Da’wah juga membuat istiqomah
bagi yang telah beramal. Harus difahami, bahwa da’wah adalah fardu
a’in. Jika da’wah itu fardhu kifayah, maka artinya niat da’wah itu
untuk memperbaiki orang lain. Karena amalan fardu kifayah selalu untuk
orang lain, seperti sholat jenazah untuk orang lain. Tapi sholat wajib
itu untuk diri sendiri, sehingga hukumnya fardu a’in. Demikian pula
wajibnya da’wah adalah untuk menyelamatkan iman dalam diri sendiri,
sehingga hukumnya fardu a’in, Maka bermujahadah dalam da’wah adalah
untuk manfaat diri sendiri (waman jaahada fainnamaa yujaahidu
linafsih). Jika da’wah bertujuan untuk orang lain, maka dalam berda’wah
akan mencari cara-cara lain, seperti pakai Hand Phone, pakai internet,
dsb, hal ini tidak bermujahadah.
Da’wah dibuat agar hanya terkesan kepada Allah SWT. Jika telah bisa
menafikkan semuanya dan terkesan hanya kepada Allah SWT, maka akan
dapat pertolongan langsung dari Allah SWT. Caranya:
a) Buat zikir dan da’wah sebanyak-banyaknya. Buat halakah iman b)
Banyak bercerita tentang nabi-nabi untuk menguatkan iman kaum ini. c)
Banyak cerita tentang nusrotullah dalam perjuangan agama para sahabat
untuk memberi semangat umat ini d) Banyak baca ayat dan hadits tentang
ciri-ciri orang yang beriman.
Nusrotullah akan datang dengan sabar dan taqwa (waintashbiruu
watattaquu, laa yadurrukum kaiduhum syai’aa). Sabar saja tanpa taqwa,
tidak akan turun pertolongan Alloh SWT. Sabar tanpa taqwa seperti
sabarnya pencuri yang tertangkap dan dipukuli oleh polisi. Kita juga
harus membawa yakin pada Alloh SWT dalam bermuamalah. Mengenai asbab
kebendaan, ada dua hal:
a) Masukkan hukum / perintah Alloh SWT dalam asbab kebendaan. b)
Utamakan amal daripada asbab. Kejayaan ada pada perintah Alloh SWT,
bukan pada asbab.
Arahan Para Masyaikh Nizamuddin Tentang Persiapan Ijtima Indonesia
Sudah sejak lama, sejak 13 tahun lalu (1996) ada ijtima di Indonesia
yang dihadiri oleh para masyaikh. Jadi penting kita bersiap-siap.
Persiapan pertama yang harus dilakukan adalah niat dan azam yang kuat.
Apa yang diniatkan, maka begitulah pertolongan Alloh SWT akan datang.
Jangan niat hanya agar banyak orang yang berkumpul, maksud kita tidak
hanya untuk kumpul-kumpul.
Ada 4 langkah yang perlu kita kerjakan dalam mempersiapkan ijtima:
1.Setiap orang berusaha untuk menyempurnakan agama dalam hidupnya. Hari
ini Islam hanya ada dalam buku-buku, tidak ada dalam contoh kehidupan.
Maka kita usahakan mulai dari diri kita dan rumah kita untuk hidupkan
agama dan amal sunnah secara sempurna, sebagai contoh. Untuk amalkan
ini, perlu keluar 3 hari masturat tiap 3 bulan, menjaga semangat agama
bagi isteri kita.
2.Kemudian, hidupkan mesjid dengan 5 amal. Datangi tiap rumah di
kampung kita, bukan untuk i’lan ijtima, itu mudah, tapi untuk taskil
mereka keluar di jalan Alloh. Bicara da’wah secara sempurna dengan
semua laki-laki di tiap rumah tersebut, sehingga mereka siap untuk
hidupkan agama secara sempurna di rumah-rumah mereka juga. Maulana Umar
sampaikan, ada 3 jenis kerja di mahalah:
a). Kepada da’i yang aktif, agar mereka tambah pengorbanan b). Kepada
da’i yang kurang aktif, agar kembali terlibat dalam da’wah c). Kepada
orang awam, agar mereka terlibat dalam amal mesjid, apa yg mereka
mampu.
3.Kemudian usaha ke masjid lain yang belum ada amal masjid. Juga
kampung-kampung lain, walaupun tidak ada masjid. Rombongan bisa
berteduh di bawah pohon, atau dimanapun, di Indonesia tidak ada musim
panas dan dingin, tidak perlu bergantung pada bangunan masjid. Pernah
rombongan menginap di stasiun bis. Siapkan mereka untuk bangun masjid
juga, dengan kayu-kayu atau bambu-bambu yang ada di kampung tersebut.
Jadi siapkan mereka untuk terima rombongan-rombongan da’wah. Apabila
amal masjid hidup di kampung tersebut, maka mereka juga akan usaha atas
rumah-rumah di seluruh kampung tersebut, sehingga tiap rumah juga akan
amal agama secara sempurna, dan semua pahala akan mengalir pada kita.
4.Dengan cara yg sama, kirim juga jamaah ke seluruh Indonesia, dan
seluruh dunia. Jadi dengan demikian kita tidak hanya i’lan tentang
ijtima dan usaha terus untuk mengeluarkan rombongan itu tidak perlu
menunggu ijtima. Tapi usaha atas ijtima bermula ketika tanggal ijtima
telah ditetapkan, dan dibuat usaha mengirimkan jamaah sejak saat itu
juga.
Kemudian, mengenai safari masyaikh dalam ijtima di Singapura, Malaysia,
Filipina dan Indonesia, tidak diperkenankan ada yang ikut berkeliling,
baik karkun lama, baru, sendiri ataupun berjamaah. Yang ikut
berkeliling hanya yang diputuskan dengan musyawarah. Jika ingin
mendapat manfaat dari syuhbah dengan masyaikh, caranya dengan pergi ke
Nizamuddin, atau Raiwind, atau Kakrail. Tertib dalam usaha ini, yang
ingin berkorban, maka ia kerja atas kaumnya, lalu bawa mereka
sebanyak-banyaknya keluar di jalan Alloh. Sebagaimana di jaman Nabi,
ada yg masuk Islam, maka dia tidak terus-menerus bersama Nabi, cukup
beberapa saat saja. Tapi dia segera pulang dan membawa 80 keluarga dari
kaumnya untuk masuk Islam bersama-sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar