Jumat, 04 Januari 2013

The First that have no beginning, The last that have no end

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah SWT.

Segala sesuatu ada awalnya dan ada akhirnya, tetapi Allah adalah yang pertama yang tidak punya awal (The First that have no beginning) dan yang terakhir tetapi tidak punya pengakhiran (The last that have no end). Setiap ciptaan punya kehidupan dan kematian, tetapi Allah adalah yang hidup dan yang tidak pernah mati. Bahkan Allah yang menghidupkan, memberi kehidupan, dan yang mematikan, lalu membangkitkannya ciptaanNya.

Segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir telah dicatat di lauh mahfudz. Seseorang tidak dapat menghindari atau lari dari Rizki sebagaimana mereka tidak dapat lari dari kematian. Perkara ini telah Allah tetapkan di dalam Lauh Mahfudz 50.000 tahun sebelum Allah ciptakan segala sesuatu. Mati akan datang kepada kita walaupun kita dilindungi oleh benteng yang paling kuat. Dan Rizki akan datang kepada kita walaupun kita bersembunyi ditempat yang tidak diketahui manusia.

Rizki dan Mati ini perkara yang tidak bisa dipisahkan. Tidak mungkin seseorang mati sebelum rizkinya habis. Mati ini akan datang setelah rizki kita habis. Tidak ada satu mahlukpun yang mati kekurangan rizki, mati dan rizki ini telah ditentukan. Mati ini ketentuan Allah, dan Rizkipun ketentuan Allah, namun Allah berikan kita asbab-asbab kematian dan rizki untuk menguji keyakinan kita.

Allah Maha mengetahui segala kejadian, dan segala kejadian ini adalah hasil kerjanya Allah Ta’ala. Seluruh Alam ini bergerak atas Qudrat dan IradahNya, Kekuasaan dan KehendakNya. Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi diluar izin Allah Ta’ala, semuanya harus ada izin Allah. Semua yang bergerak atas dasar ketaatan akan membawa Ridho Allah, dan semua yang bergerak atas kemaksiatan kepada Allah akan membawa murkanya. Semua yang terjadi dimasa lalu dan dimasa akan datang adalah perkara lama bagi Allah, bukan hal baru, semuanya telah Allah ketahui.

Pengorbanan disisi Allah tidak ada yang sia-sia, Allah akan berikan setiap pengorbanan, balasan yang baik dunia dan akherat. Allah akan gandakan setiap kebaikan yang kita buat sebanyak yang Allah mau nanti di akherat. Di dunia setiap kebendaan, harga diri, jabatan, harta yang kita korbankan untuk agama akan Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik.

Di dunia, Allah akan masukkan kedalam mereka Ketaqwaan dan Qonaah ketika hidup di dunia. Di dalam kehidupan mereka akan Allah hadirkan suasana sakinah penghuni surga. Di akherat mereka akan Allah berikan kenikmatan yang tidak pernah terbesit oleh hati, terlihat oleh mata, bahkan terpikirkan oleh akal. Allah akan beri kita satu amal saja dengan balasan di akherat yang luasnya 10 kali lipat melebihi luas langit dan bumi.

Di akherat nanti semua orang akan terkejut melihat semuanya yaitu kedahsyatan huru-hara di akherat. Semua mata waktu itu akan terbuka selebar-lebarnya. Ketika inilah penglihatan sebenarnya akan dibukakan Allah, segala sesuatu yang ghaib akan terlihat. Semua yang tadinya hanya terdengar sebagai cerita telah menjadi kenyataan.

Ketika itu semua orang akan sepakat dan satu kata : “Ya Allah, kini kami bersaksi akan kebenaran ini, dan kami menyesal. Kembalikanlah kami kedunia, maka kami akan beramal.” Namun ketika ini segala penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Semua orang akan menyematkan dirinya masing-masing. Bahkan seorang ibu yang rela mati didunia buat anaknya, tidak akan bisa atau mau menolong anaknya di akherat nanti.

Manusia ini sebenarnya buta, mereka tidak bisa melihat yang sebenarnya yaitu : kubur, mahsyar, shirot, surga, dan neraka. Padahal itu semua bukan cerita dongeng. Celakanya seorang yang buta bukan karena dia tidak bisa melihat, tetapi karena dia tidak mau mendengar orang yang bisa melihat.

Sebagaimana para nabi yang telah melihat perkara yang ghaib memperingatkan kita yang buta tentang kehidupan sesudah mati. Para nabi AS ini adalah orang-orang yang telah Allah perlihatkan kehidupan sesudah mati. Bagi mereka dari kubur hingga surga dan neraka bukan lagi sebagai cerita, tetapi kenyataan yang menunggu umat manusia. Para Nabi dapat melihat hal yang sebenarnya, sedangkan kita tidak. Celakanya kita sebagai orang tidak dapat melihat adalah tidak mau mendengar kata Nabi sebagai orang yang bisa dan telah melihat.

Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini ada batasnya, seperti penglihatan, pendengaran, kesehatan, umur, bahkan kesenangan dan kesedihan sekalipun. Tetapi setelah masuk kubur sesuatu yang terbatas menjadi tidak terbatas seperti penglihatan, pendengaran, umur, rasa sakit dan rasa senang. Semua batas akan Allah angkat, sehingga segala yang ghaib menjadi nyata setelah kita mati.

Allah menguji kita :
1. ketika kaya dan ketika miskin 2. ketika sehat dan ketika sakit 3. Ketika senang dan ketika susah 4. Ketika disakiti dan ketika mampu menyakiti 5. Ketika kita melihat kesenangan orang dan ketika kita melihat kesusahan orang.

Semua ini adalah ujian dari Allah, dan Allah catat semua perbuatan kita ini untuk dipertanggung jawabkan di pengadilan Allah. Allah telah uji Bani Israil ketika mereka dalam keadan susah, menjadi budak dan takut kepada Firaun. Lalu Allah keluarkan mereka dari budak firaun menjadi budak Allah, dari rasa takut terhadap firaun menjadi takut kepada Allah.

Kehidupan Bani Israil setelah itu membaik, tidak ada lagi rasa takut, yang ada rasa aman dan sejahtera. Namun celakanya Bani Israil ini adalah ketika mereka dalam keadaan senang ini mereka lalai dan kufur dari Nikmat Allah. Mereka durhaka kepada Allah, sehingga Allah hancurkan mereka sebagaimana Allah telah hancurkan Firaun. Allah hinakan mereka seperti Allah hinakan Firaun. Allah binasakan dan hinakan mereka yang durhaka dan kufur kepada Allah seperti Iblis, Qorun, Firaun, dan lain-lain.

Tragedi terbesar dalam kehidupan manusia adalah bukan ketika ekonomi dunia hancur, atau ketika manusia gagal pergi ke mars, atau rusaknya odzon, tetapi ketika dunia ini telah kehilangan Nabi SAW. Kehadiran Nabi SAW ini di dunia ini adalah sebagai Rahmatan Lil Alamain, Rahmat bagi seluruh Alam. Satu-satunya nama yang bersanding dengan nama Allah di arasyNya.

Keberkahan beliau tidak hanya untuk manusia saja, tetapi untuk binatang, tumbuh-tumbuhan, juga para jin sekalipun. Awan selalu menaunginya dari panas matahari, batu-batuan memberi salam kepadanya, pohon-pohon membungkuk kepadanya, binatang mengadu kepadanya, asbabnya Jinpun masuk kedalam Islam. Inilah kemuliaan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat Allah untuk seluruh alam. Karena beliau derajat umat ini naik disisi Allah melebihi derajat umat-umat sebelumnya.

Seseorang ini akan dinilai oleh Allah, sejauh mana ia mampu menyempurnakan hidupnya seperti hidup Nabi SAW. Hidupnya Nabi SAW adalah kesempurnaan hidup yang telah Allah buat untuk manusia mengikutinya. Kesempurnaan Hidup yang dicontohkan oleh Nabi ini adalah Cara Hidup Islam. Islam ini adalah cara hidup rasullullah SAW selama 24 jam.

Setiap perbuatan dan perkataan Nabi SAW adalah amal. Semua kehidupan selain kehidupan Nabi SAW tidak mendatangkan nilai apapun disisi Allah Ta’ala.

Ketika Nabi SAW mengutus sahabat untuk mengantar surat kepada seorang Raja untuk menawarkan Agama. Nabi SAW menulis : Lihatlah sahabatku dan segala prilakunya jika engkau ingin mempelajari Islam. Pendidikan keimanan yang Nabi SAW ajarkan kepada para sahabat hasilnya membuat kehidupan Sahabat sulit dibedakan dengan kehidupan Nabi SAW.

Inilah kesempurnaan Iman para sahabat sehingga Keberkahan Hidup yang Allah berikan kepada Nabi SAW juga Allah berikan kepada sahabat RA. Sahabat mengetahui tingginya nilai Iman dan Amal, sehingga segala sesuatu yang Nabi SAW lakukan, pasti mereka lakukan. Apapun yang dilakukan Nabi SAW menjadi agama dan mendatangkan nilai disisi Allah.

Nabi SAW bersabda, mahfum :

“ Berimanlah kamu seperti sahabat-sahabatku beriman.” (Al Hadits)

Sahabat mencintai Nabi SAW melebihi cinta mereka kepada anaknya, ayahnya, istrinya, hartanya, bahkan jiwa mereka sekalipun. Mereka siap tidak mengakui anak mereka, orang tua mereka, harta mereka, kerabat mereka, jika itu semua dapat menjauhkan mereka dari nabi SAW. Seorang sahabat, Zaid RA, hendak dijemput oleh ayahnya yang telah terpisah bertahun-tahun.

Tetapi Zaid RA menolaknya karena ia ingin selalu dekat dengan Nabi SAW. Abu Bakar RA pernah berkata kepada anaknya bahwa dia rela membunuh anaknya yang belum masuk islam di perang badr karena dia lebih mencintai Allah dan RasulNya. Sahabat tidak masalah hidup tidak berjumpa anak, istri, harta, dan orang tua mereka ketika hijrah ke madinah, namun sahabat RA tidurpun tidak bisa sebelum berjumpa dengan Nabi SAW.

Nabi SAW bersabda mahfum :

“Tidak Sempurna Iman kalian sebelum kalian mencintaiku melebihi hal-hal yang kalian cintai.”

Seseorang datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Saya ini benar-benar Mukmin (beriman).” Lalu Nabi SAW berkata, “Katakanlah saya ini muslim (Islam), bukan mengatakan saya ini mukmin (beriman).” Islam ini adalah cara hidup, sedangkan Iman adalah keyakinan yang sempurna dan mutlak kepada Allah. Jika kita sudah hidup dengan keyakinan yang sempurna maka hidup kita akan menjadi kehidupan yang penuh dengan karomah seperti kehidupan sahabat :

1. Suatu ketika Khalid bin Walid RA diminta untuk meminum Racun jika dia benar-benar yakin kepada Allah. Lalu Khalid RA meminum racun itu seperti dia meminum air putih. Bukannya mati setelah meminum racun, tatapi asbab meminum racun itu penyakit yang dideritanya malah hilang.

2. Sahabat Saad RA melintasi sungai dengan tentaranya tanpa air menyentuh telapak kaki kuda.

3. Sahabat hanya dengan sholat 2 rakaat dapat menyebabkan orang yang mati menjadi hidup kembali.

Ini semua dapat terjadi karena keimanan sahabat yang sempurna kepada Allah Ta’ala. Ketika seseorang menginjak semut apakah dia akan takut lalu menjerit ? tentu tidak karena semut itu kecil dimatanya. Inilah yang dilihat sahabat ketika menghadapi masalah seperti gempa, lahar gunung, tentara musuh, singa, racun, dan lain-lain. Mereka melihat masalah ini seperti mereka melihat semut kecil tadi. Semua masalah adalah mahluk Allah, mahluk tidak perlu ditakuti. Mahluk tidak dapat menyakiti tanpa seizin Allah.

Kelemahan dalam kehidupan manusia terjadi karena manusia tidak percaya dan tidak yakin pada Allah. Ini hanya menimbulkan kerugian dalam kehidupan mereka sendiri dan kehidupan setelah mati. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia menjadi tidak beres bahkan mendatangkan mudharat kepada yang lain asbab manusia tidak yakin pada Allah. Jika semua manusia taat dan yakin pada Allah, maka tidak akan terjadi kerusakan dan kesedihan di dunia ini. Kerusakan dan penderitaan yang dihadapi manusia terjadi hanya karena mereka tidak mau taat dengan apa yang Allah bilang.

Agama akan datang dalam kehidupan kita jika kita ada fikir dan risau terhadap agama. Sebagaimana Agama datang kepada Ibrahim AS setelah beliau ada fikir atas agama, fikir atas penciptaan dan penciptanya. Agama turun di mekah setelah Nabi SAW ada fikir dan risau atas agama dan umat.

Jika kita mempunyai fikir dan risau seperti Nabi SAW, maka kehidupan kita akan terbentuk seperti kehidupan Nabi SAW. Namun untuk dapat mendapatkan fikir dan risau ini diperlukan latihan yang terus menerus.

Kita harus bisa merubah keyakinan kita terhadap kebendaan menjadi yakin pada Allah dan Amal. Kebendaan yang kita miliki ini tidak akan pernah dapat memberikan kebahagiaan atau manfaat kepada kita, selain dari yang Allah telah tetapkan. Seluruh kebahagiaan ini merupakan pemberian dari Allah dan karena IradahNya, keinginanNya. Jika kita mau bahagia, berdo’a, minta saja pada Allah. Setelah berdo’a baru kita tunaikan hak dari berdo’a yaitu dengan melengkapi asbab-asbabnya.

Sahabat dahulu orang yang jahil, namun karena mereka berkorban banyak untuk agama, sehingga Allah ridho pada mereka dan Allah ampuni dosa-dosa mereka. Penting kita tingkatkan perngorbanan kita sehingga sampai kepada level pengorbanan para sahabat seperti Bilal RA, Kabab RA, Umair RA, dan lain-lain. Sahabat sampai disiksa karena mereka mempertahankan keyakinannya, sedangkan hari ini kita tidak ada yang menyiksa malah meninggalkan keyakinan kita.

Inilah perbedaan keadaan kita sekarang dengan keadaan sahabat dulu. Allah akan sudi mengampuni kita dan mengangkat derajat kita di akherat, jika kita mau berkorban demi memperjuangkan agama Allah. Asbab pengorbanan dan ketabahan sahabat menghadapi penderitaan sehingga agama dapat wujud dalam diri mereka, keluarga mereka, dan umat di seluruh alam.

Perlu kita tanamkan semangat dalam diri kita untuk melakukan pengorbanan yang sama dengan sahabat dalam mempertahankan agama Allah. Kemuliaan dan Kesuksesan yang di berikan Allah kepada sahabat RA akan di berikan kepada umat ini jika umat ini mau melakukan pengorbanan seperti yang dilakukan oleh para Sahabat RA.

Sahabat dahulu tidak pernah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan kepada Allah. Bahkan dalam keadaan beralasan sekalipun, seperti ada udzur sakit sekalipun, sahabat tidak pernah meninggalkan ketaatan kepada Allah. Hari ini umat diajak untuk taat malah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan. Suatu hari ada jemaah yang pergi ke daerah orang miskin.

Lalu ada seorang miskin yang tidak pernah ke mesjid, di datangi oleh jemaah. Si miskin minta di do’akan agar ia dapat kerja, sehingga ia bisa ke mesjid. Sebab kemiskinannya telah menyebabkan dia sibuk mencari kerja dan menjaga anak. Ia berkata, “Saya tidak ada waktu ke mesjid sedangkan keluarga saya hidup kelaparan !” Lalu seminggu kemudian, ada pabrik buka di daerah si miskin tadi.

Akhirnya si miskin tadi bisa mendapat pekerjaan. Selang berapa lama, akhirnya ada rombongan berikutnya masuk ke daerah si miskin tadi. Namun kali ini setelah di ajak untuk ke mesjid, dia berkata, ”Saya tidak ada waktu untuk ke mesjid karena saya sibuk kerja di pabrik dan mengurus keluarga.” Lalu jemaah berkata, “Kalau begitu saya do’akan tuan agar bisa punya waktu untuk ke mesjid.” Namun orang itu malah berkata, “Jangan pabrik itu baru buka, kalau kamu do’akan biar saya punya waktu luang berarti pabrik itu harus tutup. Kalau pabrik tutup saya dan keluarga saya mau makan pakai apa?”

Hari ini umat di waktu yang luang dan waktu yang sempit tetap tidak bisa taat kepada Allah. Mau kehidupannya senang ataupun susah, tetap tidak dapat memberikan waktunya untuk Allah. Inilah umat saat ini, bisanya hanya mencari alasan untuk tidak taat kepada Allah. Sungguh beda kehidupan kita dengan sahabat RA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar