Kamis, 10 Januari 2013

Berbuat Buruk Baik Sekali !

Aap Beeti adalah buku otobiografi dari Maulana Muhammad Zakariyya Kandahlawi, seorang syeikhul hadits dari Madrasah Mazahirul Ulum, Saharanpur, India. Beliau menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengabdi kepada agama, antara lain dengan mengajar, membimbing ruhani dan menulis puluhan kitab yang diakui ketinggian mutunya, diantaranya kitab Fadhilah Amal, yang hari ini dibaca oleh jutaan umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Lewat otobiografi ini kita dapat mengetahui riwayat perjalanan hidup syeikhul hadits dari mulai masa kecil, masa belajar dan mengajar beliau, kebiasan-kebiasaan beliau, musibah-musibah yang pernah menimpa beliau, peristiwa kematian orang-orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan beliau dan pernikahan-pernikahan keluarga beliau.
Kalau buku biografi atau otobiografi yang lain biasanya hanya berisi puji-pujian dan sisi “baik” dari sang tokoh semata, maka dalam buku ini, Maulana Zakariyya justru lebih suka menulis sisi-sisi yang beliau anggap “buruk” dalam kehidupan beliau.
Dari sini kita justru dapat melihat sosok beliau yang sebenarnya. Sisi-sisi yang dianggap “buruk” oleh beliau, justru menunjukkan kerendahhatian, kedisiplinan, keteguhan dan kewaraan beliau dalam meniti kehidupan di dunia ini. Kualitas seperti ini merupakan buah  dari  pendidikan dan latihan yang keras dan panjang dari orang-orang di sekitar beliau, terutama dari ayah beliau sendiri, Maulana  Muhammad Yahya Kandahlawi.
Salah satu sisi “buruk” dalam kehidupan beliau, juga beliau ungkapkan sendiri dalam salah satu bukunya yang lain, Fadhilah Sedekah. Di masa awal-awal belajarnya, Maulana Zakariyya Kandahlawi sangat menyukai pelajaran sastra. Untuk bidang ini beliau sampai menghapal dan menguasai ribuan syair yang baitnya kadang sangat panjang. Nuansa sastra dan keindahan bahasa beliau sangat terlihat pada buku-buku yang beliau tulis, beliau sering mengutip syair-syair lama yang sangat indah dalam berbagai kitab yang beliau tulis.
Untuk hobi yang satu ini, beliau tidak berani menanyakan sendiri pada sang ayah, yang terkenal sangat keras dan disiplin, mengenai boleh atau tidaknya mempelajari dan mendalaminya. Dan karena “penyakit” tidak mau bertanya ini (yang mungkin bagi kita sangat biasa dan sangat umum) beliau mendapat suatu pelajaran yang sangat berharga yang tak pernah terlupakan dalam kehidupan beliau.
Pada suatu malam, sehabis shalat Isya berjamaah, Maulana Zakariyya muda berkumpul bersama teman-temannya untuk menghapal dan berlomba membaca syair. Untuk acara ini, tiga kilo susu disiapkan untuk membuat chai, teh susu khas India, yang merupakan hidangan wajib dalam setiap pertemuan.
Acara pun kemudian dimulai, belum beberapa lama kemudian, beliau keluar untuk buang air kecil, tetapi sesampainya di luar, beliau mendapati pemandangan yang sangat aneh di luar kebiasaan. Di langit sebelah timur, beliau melihat awan berwarna agak keputih-putihan, beliau lalu memanggil teman-temannya untuk menyaksikan kejadian tersebut. Keanehan itu kemudian terjawab ketika beberapa waktu kemudian suara azan berkumandang dari berbagai penjuru. Awan itu ternyata awan tanda waktu fajar telah tiba. “Kemana perginya malam itu?”, semua yang hadir heran dengan apa yang terjadi di malam itu.
Dan pada malam itu pula, paman beliau, Maulana Radhiyul Hasan bermimpi tentang beliau. Pada mimpi itu, sang paman bertanya, “Zakariyya, kenapa engkau habiskan malam-malammu dengan perbuatan yang sia-sia?”.
Setelah kejadian itu, muncullah penyesalan yang luar biasa pada diri beliau. Setiap kali mengingat peristiwa tersebut, beliau selalu merasakan ketakutan yang dahsyat mengapa peristiwa malam yang “buruk” tersebut bisa terjadi dan setelah kejadian itu beliau tak pernah sekali pun mengulanginya membuat acara serupa.
Berbuat buruk dalam hidup, baik sekali saja, jangan  sampai diulang berkali-kali ! Itulah sekelumit teladan dari kehidupan Maulana Zakariyya Kandahlawi yang penuh dengan keberkahan.
Bagaimana dengan kita…?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar