Kamis, 10 Januari 2013

Ketika Para Dai Ditangkapi, Bagaimana Sikap Kita ?

Hari-hari ini kita menyaksikan aksi penangkapan oleh aparat keamanan terhadap para dai yang sedang menjalankan tugasnya menegakkan kalimatullah. Hal ini terjadi di beberapa tempat. Di Semarang, aparat Polda Jawa Tengah menahan 17 anggota jamaah yang berasal dari Filipina. 9 ditangkap di Purbalingga  dan 8 ditangkap di Solo.
tablighphil(foto detik.com)
Perlakuan serupa juga menimpa jamaah Malaysia yang sedang bergerak di daerah Sulawesi. Aparat keamanan nampaknya mempunyai kecurigaan yang sangat mendalam terhadap mereka-mereka yang dari segi penampilan fisik memakai gamis atau jubah, bersorban serta celana menggantung. Seolah-olah mereka yang berpenampilan seperti itu adalah para teroris yang harus segera ditangkap.
Jumlah aliran orang-orang dari luar negeri yang aktif di usaha dakwah (sering disebut sebagai Jamaah Tabligh) selama bulan Juli- Agustus 2009 ini memang cukup banyak jumlahnya. Hal ini berkaitan dengan diadakannya ijtima di 4 negara ; Singapura, Malaysia, Philipina dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri, ijtima ini diselenggarakan pada tanggal 18 – 20 Agustus 2009 di wilayah Serpong Tangerang. Ijtima ini diselenggarakan secara terbuka, perijinannya juga resmi. Selama penyelenggaran ijtima, pihak kepolisian juga banyak ikut membantu kelancarannya. Bahkan orang kedua di negeri ini, Pak Yusuf Kalla, juga datang menyemarakkan ijtima ini. Di Malaysia, PM Datuk Najib Razak dan timbalannya juga datang.
Tujuan dari setiap ijtima Tabligh adalah pengeluaran rombongan untuk berdakwah di seluruh penjuru dunia dan itu juga yang dilakukan dalam ijtima Indonesia. Dari Ijtima Indonesia sendiri dikeluarkan sekitar 2.500 rombongan untuk tujuan dalam maupun luar negeri.
Lalu apa reaksi yang harus kita lakukan menghadapi penangkapan tersebut ? Berdemo, menulis surat ke Komnas HAM, LBH atau bahkan ke PBB ?
***
Ternyata bukan itu yang harus dilakukan. Pak Cecep Firdaus, orang tua kita di Masjid Kebon Jeruk Jakarta, dalam bayan Subuh tanggal 21 Agustus 2009 memberikan panduan bagi kita semua untuk menghadapi masalah itu.
Menurut beliau, semua yang datang dan menimpa kepada kita datangnya adalah dari Allah SWT. Maka  setiap kali menghadapi masalah, orang beriman akan semakin meningkatkan tawajjuh dan taalluqnya kepada Allah SWT. Orang beriman tak akan mengadukan semua permasalahannya yang dihadapinya kepada makhluk karena makhluk tidak akan dapat memberikan manfaat atau madlarat kecuali dengan ijin  Allah SWT. Allah SWT adalah penyelesai segala masalah, tak ada yang mustahil dan sulit bagi Allah SWT.
Bagi orang beriman, ujian yang kadang bertubi-tubi menimpa adalah merupakan tempaan  untuk menaikkan derajat orang beriman sendiri. Kalau dakwah ini berjalan lurus saja, tak ada aral melintang,  maka akan kurang mujahadahnya bagi para dai.
Begitulah juga jalan para Nabi dan Rasul alaihimussalam. Begitu juga imannya para Sahabat radliyallahu anhum. Iman mereka naik, naik dan terus naik karena mereka berhasil menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan tersebut.
***
Secara dlahir , menurut kami, insyaallah mereka juga akan dilepas lagi, insyaallah  mereka tidak bersalah. Apalagi banyak anggota kepolisian sendiri yang sudah aktif dalam usaha dakwah ini diantaranya anggota Brimob Kelapa Dua, Sekolah Polisi Negara Lido, Polres Jakarta Timur dan lain-lainnya termasuk diantaranya Pak Kapolda Jatim, Pak Anton Bahrul Alam.
Pak Anton, atau Bapak-bapak polisi kita yang lain  insyaallah akan dapat memberikan informasi yang sebenarnya bagi Bapak Alex Bambang Riatmodjo, Kapolda Jawa Tengah.
Kami pribadi berharap dengan adanya penangkapan ini, insyaallah jajaran kepolisian di Polda Jateng, juga tempat-tempat lain akan semakin lebih mengenal usaha dakwah ini dengan segala keberkahannya. Insyaallah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar