Hari Kamis sore, tanggal 30 April 2009, beberapa waktu setelah
mengumumkan pencalonan dirinya menjadi Calon Presiden, Pak Jusuf Kalla
beserta rombongan kecil mendatangi sebuah masjid tua di bilangan Jalan
Hayam Wuruk 83 Jakarta. Masjid tua itu lebih dikenal dengan nama Masjid
Jami Kebon Jeruk, sehari-harinya masjid itu digunakan sebagai pusat
kegiatan jamaah Tabligh Indonesia.
Sebelum mengikuti kegiatan malam “markaz”, aktifitas rutin setiap
malam Jum’at di setiap markaz Tabligh di seluruh dunia, Pak JK singgah
sebentar di kediaman Pak Cecep Firdaus, sesepuh masjid, yang letaknya
tidak begitu jauh dari masjid tersebut. Tujuan kedatangan Pak JK,
sebagaimana disebutkan oleh Pak Teddy Abu Hasan, ada dua, pertama untuk
sillaturrahim, kedua untuk memohon doa restu atas pencalonan Pak JK.
Hubungan Pak JK dan Pak Cecep khususnya, serta pada aktifitas Tabigh
pada umumnya, sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, bukan hubungan
yang tiba-tiba terjadi saat menjelang pemilihan Presiden saja.
Dalam even-even besar yang diadakan oleh para aktifis Tabligh,
semisal ijtima (pertemuan) Indonesia yang rutin diselenggarakan setiap
tahun, Pak JK hampir selalu menyempatkan diri untuk hadir. Meskipun
dalam forum-forum tersebut, Pak JK “hanya” disambut dengan cara yang
sangat sederhana dan tidak pernah diberi kesempatan untuk berbicara di
depan umum, Pak JK kelihatan menikmati suasana dan kekhusyuan forum
tersebut. Beliau selalu tawadlu mendengarkan bayan dari para masyaikh
yang memberikan nasehat pada forum tersebut. Pendek kata, terdapat
hubungan batin yang cukup mendalam antara Pak JK dengan dengan para
sesepuh tabligh dari dalam maupun luar negeri.
Pun pada malam itu, Pak JK juga tidak diberi kesempatan untuk
berbicara di depan ribuan jamaah masjid yang hadir. Beliau hanya duduk
mendengarkan saja nasehat dari mubayin yang pada malam itu kebetulan
disampaikan oleh Pak Cecep Firdaus sendiri.
Kami ingat beberapa patah kata yang disampaikan oleh Pak Cecep soal
kedatangan Pak JK pada malam itu. Pertama, Pak Cecep menyampaikan
ucapan selamat datang dan bersyukur Pak JK bisa hadir di tengah-tengah
jamaah. Kedua, Pak Cecep minta kepada para jamaah untuk mendoakan agar Pak JK mendapat kedudukan yang terbaik !, bukan doa agar Pak JK dimenangkan dalam Pemilu dan diangkat menjadi Presiden.
Apa yang terjadi di dalam masjid tidak banyak diliput oleh media
massa pada saat itu. Yang ramai diberitakan dalam pemberitaan adalah
adanya insiden pelemparan batu yang diarahkan ke iring-iringan mobil Pak
JK dan rombongan.
Kini kita tahu, bahwa Pak JK sudah tidak lagi menjadi Wakil
Presiden, beliau juga tidak menjadi presiden RI karena kalah suaranya
dengan Pak SBY, urusan politik di Golkar pun juga sudah diserahkan
kepada orang lain. Kini Pak JK kembali lagi menjadi orang biasa.
Meskipun begitu, Pak JK akan tetap dikenang banyak orang karena
sikap, tindakan dan berbagai gebrakannya selama ini. Kita dapat banyak
belajar dari kehidupan Pak JK, sebagai pribadi maupun sebagai pejabat,
bagaimana Pak JK menjalani hari-hari dalam kehidupannya, bagaimana Pak
JK menyikapi kekalahannya dalam PilPres, bagaimana Pak JK menyelesaikan
berbagai konflik dan permasalahan berat di republik ini, bagaimana kerja
keras dan kesungguhan Pak JK dalam memajukan bangsa ini dan sebagainya
dan sebagainya.
Kini Pak JK lebih banyak mempunyai waktu luang dan tidak banyak lagi
terikat dengan masalah protokoler. Pak JK tetap bisa melanjutkan
pengabdiannya di berbagai bidang yang sudah menjadi konsennya sejak
lama ; agama, sosial, pendidikan dan lain-lainnya.
Mudah-mudahan Pak JK selalu mendapat kedudukan terbaik, di masa kini
dan masa yang akan datang. Doa inilah yang juga dipanjatkan oleh seluruh
jamaah yang hadir pada malam ijtima’ di masjid Kebon Jeruk saat itu. Semoga !
alhamdulillah banyak pemimpin2 kita sudah dapat hidayah amiiin
BalasHapus